Thursday, May 31, 2007

Pemerintah Australia Harus Minta Maaf

Seluruh elemen masyarakat ibu kota sudah semestinya melakukan perlawanan terhadap Australia akibat pelecehan yang dilakukan dua polisi koroner negara bagian New South Wales terhadap Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso saat berkunjung ke Sydney untuk memenuhi undangan Gubernur NSW, Morris Iemma dalam rangka kerja sama sister city.
"Sebagai tamu negara, seharusnya Sutiyoso diperlakukan dengan baik. Namun ternyata dia dilecehkan. Oleh karena itu, pemerintah Australia harus minta maaf, apalagi ada undang-undang kekebalan bagi pejabat negara asing," kata Ketua Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I) Tom Pasaribu kepada wartawan, Rabu (30/5).
Akibat perlakuan itu, pada Selasa (29/5) malam, Sutiyoso tidak meneruskan kunjungannya dan pulang ke Jakarta sebagai bentuk protes atas perlakuan tidak menyenangkan polisi koroner New South Wales.
“Perlakuan tidak menyenangkan yakni kedua polisi memasuki kamar hotel Shangrila tempat saya menginap tanpa izin untuk menyerahkan surat panggilan agar saya datang ke pengadilan New South Wales dalam sesi pencarian fakta pada Rabu (30/5),” jelas Sutiyoso kepada wartawan di Balai Kota.
Seperti diketahui, pemanggilan Sutiyoso itu terkait dengan kasus "Balibo lima" di Timor Timur pada tahun 1975 yang menewaskan lima orang dimana dua orang merupakan warga Australia.
Tom menambahkan, seharusnya Australia menghormati Sutiyoso sebagai Gubernur DKI Jakarta yang selama ini telah bersikap akomodatif dengan mengizinkan pemasangan pembatas atau separator jalan di depan Kedubes Australia.
Selain itu, kata tom, saat terjadi pemboman di depan Kedubes Australia pada 9 September 2004 lalu, Sutiyoso langsung meninjau ke lokasi.
“Saat itu, Sutiyoso dengan segala upaya memberi dukungan terhadap kedutaan Australia termasuk melindungi para warga Australia di Jakarta. Dan sekarang justru Sutiyoso mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat berkunjung ke Australia," kata Tom.
Tpm meyakini bahwa Sutiyoso tidak ingin membesar-besarkan kejadian itu. Namun, kata dia, Sutiyoso sudah jadi figur dan punya basis massa.
“Wajar saja bila mereka marah. Dan untuk meredam itu, pemerintah Australia harus segera meminta maaf secara terbuka dan dimuat di media cetak serta elektronik," tegasnya.
Sementara itu menurut Konsul Bidang Ekonomi Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney, Kusno Wibowo, kerja sama sister city Jakarta-Sydney itu pernah dijalin tahun 1994.
Namun belum terlaksana secara menyeluruh karena berbagai kendala, seperti pergantian pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dan krisis ekonomi 1997.

Sutiyoso Tolak Ketemu Dubes Australia
Gubernur Sutiyoso menolak permintaan Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Bill Palmer, untuk bertemu.eks Pangdam Jaya itu. Dia mengaku belum mengetahui tujuan Palmer untuk bertemu dengannya pasca insiden di Negara Bagian New South Wales.
Saat ini Sutiyoso masih menunggu sikap resmi pemerintah Indonesia atas tindak pelecehan yang dilakukan dua polisi tersebut.
"Tadi, saya dapat telepon dari kedutaan Ausralia. Duta Besar Australia ingin ketemu saya, tapi saya jawab hari ini saya tidak punya waktu," tegas Sutiyoso, di Balai Kota, Rabu (3-/5).

No comments: