Thursday, May 31, 2007

Sutiyoso Terima Permintaan Maaf Dubes Australia

Akhirnya Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengabulkan permintaan maaf Duta Besar (Dubes) Ausralia untuk Indonesia, Bill Palmer yang secara resmi datang ke Balai Kota, Kamis (31/5).
“Iya, saya memaafkannnya karena dia (Bill Palmer-red) mewakili rakyat Australia sebagai Dubes di Indonesia. Kita adalah bangsa yang berjiwa besar, kalau mereka sudah minta maaf maka jangan kita melakukan hal-hal yang akan merusak persahabatan ini. Hubungan kita perbaiki lagi dan mudah-mudahan ke depan tidak ada masalah lagi,” jelas Sutiyoso kepada wartawan, Kamis (31/5).
Eks Pangdam Jaya ini mengatakan, Bill Palmer akan mengusahakan pernyataan maaf secara resmi dari New South Wales pada hari ini dan akan memberikan surat tersebut kepada Gubernur Sutiyoso.
“Dan saya juga katakan pada beliau, dunia Internasional dan masyarakat Australia pada khususnya bahwa saya memang pernah bertugas di Timor Timur tiga kali. Tapi, saya dan pasukan yang saya pimpin pada tahun 1975 tidak pernah melewati Balibo, dan sudah dijelaskan pasukan siapa yang di Balibo saat itu,” jelasnya.
Sutiyoso juga menyampaikan ucapan berterima kasih kepada pemerintah pusat karena telah merespon positif kejadian ini, DPR RI, DPRD dan DPD DKI, serta masyarakat.
Mantan Wadan Kopassus ini menambahkan kejadian ini adalah sebuah kesalahan teknis sehingga jangan sampai setelah ada klarifikasi kedua belah pihak masih ada tuntutan yang tidak masuk akal.
“Mereka akan meminta maaf sesuai janjinya terutama New South Wales yang mengundang saya. Dan saya berjanji bila mereka benar-benar minta maaf maka saya juga akan melanjutkan sister city antara Jakarta dan New South Wales,” tegasnya.
“Saya dan Premier Morris Iemma memang sudah bertekad untuk menjembatani kerja sama sister city ini sebagai upaya untuk mencairkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut Dubes Australia, Bill Palmer berjanji untuk secepatnya mengurus permintaan maaf resmi dari New South Wales.
“Kita berharap kejadian ini bisa menjadi titik awal membaiknya hubungan antara Australia dan Indonesia,” katanya.
Berita Sebelumnya Sutiyoso Tuntut Pemerintah Australia Minta Maaf

Gubernur DKI Jakarta menuntut klarifikasi terkait tindakan pelecehan yang dilakukan dua polisi federal New South Wales dengan memasuki kamar hotel Shangri-La tempat dia menginap. Kedua polisi itu meminta Sutiyoso untuk hadir di Pengadilan sebagai saksi tewasnya wartawan Australia dalam kasus Balibo tahun 1975.
Sutiyoso juga menuntut permintaan maaf dari pemerintah Australia atas tindakan kedua polisi tersebut. “Saya meminta Departemen Luar Negeri agar pemerintah Australia mengklarifikasi kejadian ini,” tegas Sutiyoso di Balai Kota, Rabu (30/5).
Bahkan eks Pangdam Jaya itu mengancam, tidak akan melanjutkan kerja sama kota kembar (sister city) Jakarta-Sidney jika tidak ada permintaan maaf. “Jika tidak ada permintaan maaf, kita akan kaji kembali kerja sama itu,” kata Sutiyoso.
“Saya sebagai gubernur selalu memberikan perlakuan yang sangat baik dan sangat melindungi Kedutaan Australia di Jakarta. Saya mengakomodir apa maunya demi keamanan mereka,” katanya lagi.
Seperti diketahui, kunjungan Sutiyoso ke Negara Bagian New South Wales itu atas undangan pemerintah setempat terkait kerja sama sister city.
Eks Pangdam Jaya itu menjelaskan, dia tiba di Sydney Minggu sekitar pukul 09.55 waktu setempat dan disambut oleh Mr Michael W Harkins MVO, pejabat protokol New South Wales dan Konsul Jenderal RI di Sydney, Sudaryomo.
Pada pukul 13.00 Sutiyoso memenuhi undangan makan siang di kapal pesiar oleh staf premier NSW. Selanjutnya, pukul 14.00 dilanjutkan dengan kunjungan keliling didampingi dengan General Manager Darling Harbour Mr Bob Deacon dan dilanjutkan makan malam pukul 19.00.
Kemudian Senin (28/5), pukul 10.00 Sutiyoso mengunjungi Taronga Zoo diterima oleh Mark Williams. Jam 12.00 diterima oleh Gubernur New South Wales, Prof Marie Bashir.
Dilanjutkan pukul 15.00 meninjau pengolahan air limbah, pukul 17.00 diterima Premier NSW Mr Morris Lemma. Selanjutnya pukul 18.00 menghadiri Cocktail Reception dengan Menteri Pariwisata dan Perumahan New South Wales, Mr Matt Brown.
Kemudian pukul 10.00 Sutiyoso meninjau traffic manajement control (TMC) diterima Mr Phil Akers dan Mr Phil Gallagher. Pukul 12.30 menyampaikan sambutan pada acara business meeting yang diselenggarakan oleh Australian Indonesia Business Council. Selanjutnya jam 14.45 meninjau National Maritime Museum di Darling Harbour.
Sebetulnya pada pukul 18.00 telah dijadwalkan acara selanjutnya, namun karena masih ada waktu ia memutuskan kembali ke hotel. Namun, pukul 16.30 saat Sutiyoso sedang beristirahat tiba-tiba didatangi petugas Australian Federal Police (AFP) Sersan Thomas dan Detective Senior Constable Scrvens dari Coronial Investigation Team NSW Police. Dia menyampaikan surat pemanggilan untuk memberikan kesaksian tentang kasus Balibo, Timur Timor.
Kontan saja, kejadian ini membuat Sutiyoso marah besar. “Saya meminta kedua polisi itu keluar dari kamar hotel saya. Selanjutnya saya meminta protokoler dari New South Wales untuk menjelaskan kejadian ini tapi tidak bisa dihubungi,” jelasnya.
“Saya langsung menghubungi konsulat RI di Australia dan Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda,” sambungnya. “Saya menjelaskan kejadian yang saya alami kepada Pak Hasan. Pak Hasan menyarankan agar saya tidak melanjutkan rangkaian acara yang tersisa dan segera pulang ke Jakarta,” terangnya.
Rencananya, hari ini Sutiyoso akan menghadap Hasan Wirajuda untuk menjelaskan secara detil kejadian yang dialami di Sydney. “Saya minta Deplu untuk mengklarifikasi masalah ini kepada pemerintah Australia,” ungkapnya.
Tidak Pernah Masuk Balibo
Sutiyoso yang saat itu berpangkat Kapten mengaku bersama pasukannya tidak pernah memasuki wilayah Balibo. “Saya tidak pernah memasuki wilayah itu. Pak Yunus Yosfiah pun (eks Menteri Penerangan-red) telah mengklarifikasi hal itu,” tuturnya. Tapi Sutiyoso menolak menyebut di mana posisi dia beserta pasukannya ketika itu.
Saat ditanya wartawan apakah kejadian itu ada unsur politis terkait pencalonannya sebagai calon presiden 2009, pria kelahiran Semarang 6 Desember 1944 itu tidak berkomentar. Namun, Ketua Umum PBSI ini menduga peristiwa yang dialami akibat rekayasa LSM yang anti Indonesia di Australia. “Saya menduga ini ulah LSM yang memberikan informasi keliru pada pemerintah setempat,” tukasnya.

No comments: